Bus yang kutumpangi merayap perlahan keluar Bakauheni tepat jam 22.15. Kursi penumpang terisi penuh. Aku duduk di belakang. Di sampingku seorang bapak dan seorang gadis muda. Dari gerak-gerik dan penampilan, jelas keduanya terbiasa melakukan perjalanan jauh. “Turun di Rajabasa, mas?” bapak itu bertanya. “Ya.” Jawabku singkat. “Kalo Mbak?” “Rajabasa juga” “Wah, hati-hati!kalau malam kayak gini Rajabasa menyeramkan. Banyak preman. Mbak sendirian?” Gadis itu hanya mengangguk. “Apalagi sendirian. Saya saja yang tinggal di Bandar Lampung nggak berani masuk Rajabasa malam-malam. Darah bisa abis diisep preman.” “Ya namanya juga terminal, Pak. Agak aneh kalau nggak ada preman di tempat seperti itu.” Seorang lelaki perlente yang duduk didepanku berkomentar. “Wah, kalau disini lain, Mas. Situ belum pernah ke Lampung ya? Baru kali ini? Preman disini megang penuh Rajabasa. Makanya ngeri.” “Coba saya tebak. Pasti sering ada pencopetan, penjambretan, para calo yang maksa-maksa,