Skip to main content

Posts

Showing posts from 2008

Ruilslag GOR SABURAI

(Dimuat Lampung Post 4 April 2008) Dalam sidang Paripurna DPRD Lampung 1 April 2008 Gubernur Lampung Sjahrudin ZP secara tertulis menyampaikan rencana Pemerintah Provinsi Lampung memindahkan kompleks GOR Saburai ke kawasan Kemiling. Minimnya fasilitas olah raga serta fasilitas pendukung seperti lahan parkir serta kecilnya kemungkinan pengembangan kawasan di lokasi GOR Saburai adalah salah satu alasan dibalik rencana itu. Rencana pemindahan GOR Saburai ke kawasan Kemiling juga didasarkan pada ketersediaan lahan yang cukup luas serta didukung lingkungan yang masih asri dan alami. Luasnya lahan memungkinkan adanya pengembangan berbagai aktivitas olah raga. Kemiling juga dinilai cukup dekat dengan pusat kota dan aksesibilitas ke lokasi tersebut relatif mudah. Pemilihan Kemiling sebagai lokasi baru GOR Saburai juga dipandang sejalan dengan amanat Perda Nomor 13 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Perda Nomor 5 Tahun 2001 tentang Penataan Ruang Wilayah Provinsi Lampung. Dalam perda itu di

Incumbent, PNS, dan Kenakalan Pemilih

Suatu hari seorang PNS guru menunjukkan ID Card kepada saya sambil senyam-senyum. Di ID card itu tercantum namanya sebagai tim pemenangan salah satu calon gubernur. Tanda pengenal itu katanya dibagikan oleh orang-orang tertentu kepada guru-guru di sekolahnya atas restu dari pihak sekolah yang mungkin pendukung calon gubernur tersebut. Mungkin juga pihak pejabat sekolah merasa tidak enak menolaknya sebab calon gubernur tersebut merupakan kandidat incumbent. Saya tahu, sang guru tersebut tidak pernah mendekatkan diri dengan politik praktis semacam itu. Terlebih statusnya sebagai PNS memang tidak memberikan ruang untuk berkiprah disana. Maka, ketika dia menunjukkan tanda pengenal tersebut, saya yakin seratus persen, dia akan meletakannya begitu saja di rumah tanpa merasa punya kewajiban sebagai anggota tim pemenangan pilgub. Sebelumnya, para guru di sekolahnya juga menerima kalender dari tim pemenangan kandidat gubernur yang sama. Apa yang menarik dari kejadian itu? Pertama, seperti

Aku Kemarin, Hari Ini, dan Esok

Bila diri ini secara sadar menerawang pada masa silam, nampaklah sekuel hidup semasa kecil dengan berbagai konteks yang melatarinya. Sungguh tak pernah terbayang bila diri ini kini menjelma seperti apa yang kusaksikan sekarang; seorang laki-laki berumur 28 tahun lebih, menetap di Lampung bersama seorang isteri yang membuatku tak lagi bergelar bujangan, jarang pulang ke kampung halaman, dan terpisah dari sanak saudara, kecuali dengan kedua orang tua. Sungguh tak pernah terbayangkan jika aku terlempar ke tanah Lampung, kuliah di sana , menjadi aktivis semasa mahasiswa, mencari penghidupan di sana , dan pada akhirnya berumah tangga di sana . Inilah rupanya keghaiban masa depan yang selalu tak bisa persis dengan impian masa kecil, bahkan tak terimpikan. Inilah dinamika hidup yang begitu saja kujalani. Kalaupun sesekali aku mengenang masa lalu, sekedar interupsi atas rutinitas hidup yang kujalani kini. Ada kerinduan, keharuan, dan luapan getar emosional khusus saat aku mengenang masa-ma

Sebelum Tidur

Sebelum tidur, Kukec up malam Untuk keheningannya yang menakjubkan Mengemas alam dalam simfoni bunyi Menyedot cemas, tuntas {Kamis, 27 Desember 2007, jam 22.56 wib}

HAH !

Tiba-tiba saja ku tenggelam Tertimpa langit menusuk bumi Anehnya, aku semakin ingin jauh Menembus kedalaman bumi Ku tak lagi ingin ditertawai langit Atas kedegilanku, tertawa riang Diantara orang-orang yang tak lagi bisa tertawa bersamaku Menari, diantara mereka yang tak lagi Merasai irama yang sama Aku terpaku, tunduk, meski menolak takluk Tetapi diatas prahara ini, Kurawat senyum yang ia inginkan {22 Agustus 2006, 19.02}

Tentang Tulisan Pertamaku di Media

Tulisan pertama saya dimuat Majalah Saksi No.25 Thn II 22 Agustus 2000. Waktu itu Majalah Saksi baru membuka rubrik Opini Anda dan mengundang pembaca untuk mengirimkan tulisan. Karena rubrik baru, tentu masih sedikit penulis yang tahu informasi ini dan mengirimkan karyanya ke Majalah Saksi. Begitu saya fikir saat itu. Lalu saya mengambil buku tulis dan mulai membuat coretan tulisan tentang moralitas pelajar. Waktu itu ada beberapa kasus tawuran pelajar yang muncul di media. Saya tidak punya mesin tik apalagi komputer. Kalaupun ada rental komputer, saya yang waktu itu masih gaptek tentu tak bisa mengoperasikannya. Jadi semua ditulis tangan. Coretan tulisan yang sudah saya edit lalu disalin ulang pada dua lembar kertas kosong di bagian tengah buku tulis. Cara menulis seperti itu mengingatkan saya kalau hendak membuat surat izin tidak masuk sekolah. Kertas berisi salinan tulisan tersebut saya lipat lalu saya masukkan ke dalam amplop. Tak lupa saya cantumkan alamat lengkap dan nomor KTP. P

Seteguk Air Saja

Seteguk air saja kuminta Sekedar membasuh dahaga Usai perjalanan melelahkan Masihkah kau simpan bejana Yang kita buat saat purnama Bersama angin dan taburan bintang Mari pecahkan, bara Yang tetap membara Demi cinta yang mewujud Sebab kita tak mengukir Sejarah orang-orang yang kita cinta [17 Mei 2004, jam 21.04]

Di Sebuah Sungai Pegunungan

Lama kita benamkan kaki-kaki kita Di sungai yang masih segar ini Tak ada bekas plastik sabun, snack, atau botol Yang sering kita temukan di sungai dekat rumah kita Lihat warnanya, bening Cium baunya, khas pegunungan Selalu membuat kita lupa pulang Dan bila ku mengajakmu pulang Selalu kau berkata: Aku akan tinggal di sini, suatu masa ( Bandar Lampung, 30 Agustus 2004)

Tafakkur

Adakah yang lebih menakutkan selain dirajam sunyi? Jiwa-jiwa terkungkung di lorong kehidupan Sendiri Saat orang berpesta di tepi nirwana bumi Aku gagal memaknai sepi Hanya mimpi yang hinggap lalu pergi Selalu tak pernah menderam Gantungkan anganmu di ujung nisan ini Mari dengar nyanyian para bidadari Atau tarian si pemegang cemeti Duduklah Kita hirup sedikit wangi kematian yang amat dirindu moyangmu dahulu Pada pertempuran Badar, uhud, atau khaibar (Bandar Lampung, 1 Februari 2004 usai Idul Adha)

CERPEN: OBROLAN DI ATAS BUS

Bus yang kutumpangi merayap perlahan keluar Bakauheni tepat jam 22.15. Kursi penumpang terisi penuh. Aku duduk di belakang. Di sampingku seorang bapak dan seorang gadis muda. Dari gerak-gerik dan penampilan, jelas keduanya terbiasa melakukan perjalanan jauh. “Turun di Rajabasa, mas?” bapak itu bertanya. “Ya.” Jawabku singkat. “Kalo Mbak?” “Rajabasa juga” “Wah, hati-hati!kalau malam kayak gini Rajabasa menyeramkan. Banyak preman. Mbak sendirian?” Gadis itu hanya mengangguk. “Apalagi sendirian. Saya saja yang tinggal di Bandar Lampung nggak berani masuk Rajabasa malam-malam. Darah bisa abis diisep preman.” “Ya namanya juga terminal, Pak. Agak aneh kalau nggak ada preman di tempat seperti itu.” Seorang lelaki perlente yang duduk didepanku berkomentar. “Wah, kalau disini lain, Mas. Situ belum pernah ke Lampung ya? Baru kali ini? Preman disini megang penuh Rajabasa. Makanya ngeri.” “Coba saya tebak. Pasti sering ada pencopetan, penjambretan, para calo yang maksa-maksa,

Heksos Yang Bukan Permen

Saya menemukan kata Heksos didalam tafsir Almishbah karya M. Quraish Shihab. Kata itu mengingatkan saya pada permen Hexos (dibaca: Heksos), permen yang didalam iklan-iklannya mencitrakan diri sebagai permen pelega tenggorokan. Apakah pemilik permen itu memang mengadopsi nama Heksos untuk permen mereka? Saya belum tahu. Kata Heksos saya temukan dalam tafsir Almishbah pada bagian yang menerangkan surat Al-qashash (28) ayat 3-4. Ayat ini adalah permulaan cerita Musa dan Fir’aun. M Quraish Shihab lalu mengupas tentang beberapa informasi soal eksistensi Fir’aun dan Negara Mesir. Heksos adalah salah satu yang diceritakan. Dalam tafsir itu diterangkan bahwa Heksos memerintah Mesir antara 1650 sampai dengan 1560 SM, sebelum dikalahkan oleh Ahmus, pendiri dinasti XVIII. Di masa pemerintahan Heksos inilah Nabi Yusuf menjabat sebagai Kepala Badan Logistik. Saya belum tahu apakah Heksos ini gelar bagi penguasa waktu itu atau nama seseorang. Pasalnya, di tafsir ini disebutkan bahwa nama pengua