Demonstrasi anarki warga Tapanuli Utara di kantor DPRD Sumatera Utara yang mengakibatkan wafatnya Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz Angkat menyimpan beberapa pelajaran berharga bagi kita. Pertama, aparat kepolisian hendaknya selalu mengencangkan kewaspadaan dan kesiagaan atas berbagai potensi keributan yang bakal muncul dalam sebuah demonstrasi. Analisa seperti ini harusnya muncul dari satuan intel kepolisian yang sebelum pelaksanaan demonstrasi biasanya rajin mengumpulkan informasi dan melakukan persuasi kepada penanggung jawab aksi demonstrasi. Satuan intel harus punya informasi akurat mengenai jumlah peserta demonstrasi, tuntutan atau isu yang diusung, skenario aksi, serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh peserta demonstrasi tersebut.
Paradigma yang harus dibangun satuan intel dalam konteks ini bukan paradigma kaku yang memposisikan polisi di satu titik dan demonstran di titik lain. Intel harus menjadi jembatan komunikasi dan berperan sebagai mitra bagi para demonstran dalam melaksanakan agenda aksinya. Mitra disini berarti memastikan bahwa agenda demonstrasi bisa tetap berjalan dengan damai dengan menghilangkan berbagai potensi keributan yang ada. Persuasi harus dilakukan aparat intel guna meyakinkan demonstran bahwa aksi mereka akan didukung aparat (dalam hal keamanan) dan tujuan aksi mereka bisa tercapai.
Sebagai contoh, adakalanya demonstran menginginkan Ketua DPRD menemui mereka langsung pada saat unjuk rasa, namun sang Ketua tidak bersedia. Jika menurut analisa intelijen, kehadiran sang Ketua akan meminimalisir keributan, maka aparat polisi seharusnya melalukan persuasi kepada Ketua DPRD agar menemui warga dengan jaminan keselamatan.
Kedua, ada fakta yang begitu nyata soal ketidakefektifan partai politik dalam menjalankan fungsi komunikasi politik antara pemerintah dengan masyarakat. Unjuk rasa menjadi saluran utama yang selalu dipakai masyarakat dalam menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Padahal, penyampaian aspirasi tidak melulu menggunakan cara demonstrasi. Disinilah pentingnya partai politik membuka saluran komunikasi yang lebih variatif dan ikhlas, bukan sekedar kamuflase alias penghias bibir.
Comments
Post a Comment